Testimoni Mahasiswa PLB Program Student Exchange di Aichi University of Education Jepang

Today Is The Day I Was Dreaming About. Being abroad in Japan, makes me get homesick sometimes but whenever it happens, I always remember how I got here through many challenges. 
Akhir tahun 2016 yang lalu, Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan UNY membuka pendaftaran untuk student exchange di Aichi University of Education, Jepang. Saat itu tanpa berpikir panjang, segera saya kirimkan berkas-berkas persyaratan pendaftaran di hari terakhir pendaftaran. Beberapa hari kemudian, terbitlah nama-nama yang lolos seleksi berkas untuk kemudian mengikuti seleksi tahap selanjutnya yaitu wawancara. Tibalah saatnya pengumuman kandidat yang lolos seleksi tingkat universitas untuk kemudian mengikuti seleksi tingkat internasional untuk mengikuti student exchange di AUE. Saat itu saya optimis akan lolos dengan beasiswa student exchange selama setahun di AUE namun, Tuhan berkata lain. Saya dinyatakan diterima student exchange di AUE selama setahun, tanpa beasiswa. Hilang sudah harapan saya untuk belajar selama setahun di AUE karena tanpa beasiswa adalah hal yang mustahil untuk belajar di Jepang dengan biaya hidup sendiri sekitar 8-10 juta per bulan. Sedih namun juga bahagia karena mungkin dengan tidak pergi ke Jepang, saya bisa lulus tepat atau kurang dari 4 tahun seperti apa yang diharapkan oleh orangtua.
Gagal mendapat beasiswa study abroad bukanlah yang pertama kali bagi saya dan kegagalan tidak akan membuat saya berhenti untuk berjuang. Di akhir tahun 2017, tibalah kesempatan kedua sekaligus kesempatan terakhir bagi saya untuk mendaftar student exchange di AUE. Alhamdulilah, saya lolos seleksi internal UNY dan di awal tahun 2018 saya dinyatakan diterima menjadi exchange student di AUE dengan beasiswa dari AUE. Periode exchange yang saya pilih adalah 6 bulan terhitung dari Oktober 2018-Maret 2019 dengan harapan saya tetap bisa lulus dalam kurun waktu 4 tahun dengan beasiswa Bidikmisi. Pilihan tersebut tentunya tidak mudah karena saya harus berjuang lebih keras untuk belajar Bahasa Jepang dan mempersiapkan keberangkatan di tengah kegiatan KKN dan PLT. Kegiatan PLT yang harus diselesaikan dalam waktu 2 bulan pun harus tertunda sehingga saya masih harus menyelesaikan PLT selama sebulan setelah pulang dari Jepang. Saya sangat bersyukur dan berterimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu saya mewujudkan mimpi untuk belajar di Jepang. Dahulu, melihat daun maple berguguran hanyalah sesuatu yang saya lihat dalam lamunan sebelum tidur namun, sekarang saya bisa melihat dan menyentuhnya. Hari ini di Jepang adalah hari yang selalu saya mimpikan di masa lalu. Keep believing your dream and make it real!  (Tha)

Penulis adalah Thalia Ayu Rini mahasiswa Bidikmisi PLB angkatan 2015