Mengobati Keresahan Guru di Masa Pandemi Dengan Pelatihan Pembuatan Bahan Ajar Alternatif

Pandemi covid-19 yang sudah terjadi satu tahun di Indonesia berdampak pada pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus. Guru mulai merasa kebingungan untuk melaksanakan pembelajaran karena terbatasnya jarak, peralatan, kesiapan teknologi dan dukungan keluarga pada anak berkebutuhan khusus. Satu tahun sudah dialami bersama, tentu bukan saatnya untuk mengeluh dan menghindar dengan keadaan melainkan berjuang sekreatif mungkin menciptakan pembelajaran jarak jauh secara optimal.

Keresahan dan kebingungan guru dalam pembelajaran jarak jauh ini dijadikan motivasi oleh tim Pengabdian Kepada Masyarakat program studi Pendidikan Luar Biasa yang diketuai oleh Dr. Ishartiwi, M. Pd. Awal mula program terinspirasi dari sulitnya anak-anak di sekitar rumah yang belajar daring, orangtua kurang sabar memberikan pendampingan dan keluarga yang tidak memiliki peralatan gawai maupun jaringan internet. Dr. Ishartiwi akhirnya mencari informasi kebutuhan tentang pembelajaran jarak jauh bagi anak berkebutuhan saat ini. Informasi kebutuhan diperoleh melalui pengisian kuseioner dan wawancara secara random kepada guru di 10 Sekolah Luar Biasa Daerah Istimewa Yogyakarta. Bak gayung bersambut, motivasi Dr. Ishartiwi, M. Pd ditangkap baik oleh guru-guru SLB di DIY. Akhirnya, sesuai diksusi dan kerjasama dengan guru SLB Tunas Bhakti Pleret terselenggara pelatihan penyusunan bahan ajar pembelajaran jarak jauh bagi anak berkebutuhan khusus.

Pelatihan dilakukan selama 1 bulan secara blended, diawali Rabu, 9 Juni 2021 pelatihan luring di SLB Tunas Bhakti dan berikutnya pemantauan daring dua kali satu minggu hingga Rabu 8 Juli 2021 pengumpulan produk akhir peserta. Total peserta yang mengikuti pelatihan sejumlah 74 guru SLB di DIY. Keunggulan dari bahan ajar yang dikembangkan yaitu dapat dipelajari oleh anak berkebutuhan khusus secara mandiri tanpa pelibatan jaringan internet maupun gawai. Langkah awal yang ditempuh yaitu brainstorming bersama tentang perbedaan pola belajar di kelas dan di rumah sehingga isi bahan ajar akan berbeda. Bahan ajar tetap mengacu kurikulum, mencapai tujuan pembelajaran namun instruksi tidak seperti pembelajaran di dalam kelas. Hasil pelatihan sungguh luar biasa, peserta menghasilkan berbagai bahan ajar menarik dan bermanfaat bagi siswa. Bahkan ada peserta yang mengikutsertakan produk pelatihan dalam kegiatan perlombaan yang diselenggarakan kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Produk peserta nantinya akan digabung dan diedit oleh tim untuk pemerolehan HAKI. (ren)