Sebagai bentuk kontribusi nyata dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan bagi anak berbakat, Departemen Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyelenggarakan kegiatan Pelatihan Pengembangan Perangkat Pembelajaran bagi Anak Berbakat di Sekolah Inklusif pada Kamis, 10 Juli 2025. Kegiatan ini bertempat di Ruang Moh. Amin, Gedung Pascasarjana FIP UNY, dan diikuti oleh 50 peserta terdiri dari kepala sekolah dan guru SD se-Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dipimpin oleh Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., dengan anggota tim Adi Suseno dan Pradita Rizky Wirawan.

Pelatihan ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak berbakat, terutama dalam konteks sekolah inklusif yang semakin berkembang. Materi pelatihan mencakup konsep peran kepala sekolah dalam manajemen sekolah inklusif melalui pendekatan EMASLEC, strategi pembelajaran yang berbasis Response to Intervention (RTI) dan Universal Design for Learning (UDL), serta praktik akomodasi dan modifikasi pembelajaran. Berdasarkan hasil post-test, peserta menunjukkan pemahaman yang signifikan, dengan 85% mampu menjelaskan peran EMASLEC secara utuh, 92% menerapkan strategi RTI dan UDL, dan 97% mampu mengidentifikasi bentuk akomodasi secara tepat khsuusnya bagi Anak Berbakat, meskipun masih ada 15% peserta yang belum membedakan dengan benar antara akomodasi dan modifikasi.

Kegiatan ini tidak hanya berdampak pada peningkatan kompetensi peserta, namun juga mendorong terbentuknya jejaring pendidik inklusif yang siap berbagi praktik baik di satuan pendidikan masing-masing. Komitmen peserta untuk menyebarluaskan materi kepada rekan sejawat disampaikan dengan penuh antusias, seperti ditegaskan oleh Nayu Maimunah dari SDN Giwangan, “Pendidikan inklusif bukan sekadar kebijakan, tapi aksi nyata yang memerlukan dukungan seluruh pemangku kepentingan.” Harapan akan adanya pendampingan berkelanjutan juga mengemuka, seperti disampaikan oleh Yustina Pertiwi Darmawanti dari SDN Karanganyar yang mengusulkan adanya FGD rutin untuk memperkuat sinergi antar guru inklusi di lapangan. (Adi Suseno dan Raynald Rahmadani Manullang)